Kamis, 24 November 2011

Cara Pemberian Pakan Lele

Cara Pemberian Pakan Lele

Ditulis tanggal 30 Jun 2011
Mengetahui tata cara pemberian pakan lele merupakan hal yang  penting dan berpengaruh sangat besar dalam kesuksesan produksi budidaya ternak lele. Sebaliknya, kesalahan dalam tata cara pemberian pakan lele dapat berakibat buruk, dari benih atau bibit lele yang mudah terserang penyakit sampai kondisi yang paling fatal yaitu kematian pada ikan lele yang dibudidayakan. Banyaknya keluhan dari para pengusaha ternak atau budidaya lele tentang penyakit yang menjangkit lele peliharaan mereka sebagian besar diakibatkan dari kurang atau mungkin sama sekali belum mengetahui tentang tata cara pemberian pakan lele yang baik dan benar, adapun tata cara pemberian pakan lele dapat dibagi menjadi :
1.    Waktu Pemberian Pakan
2.    Persiapan Pemberian Pakan
3.    Cara Memberikan Pakan
Tata cara pemberian pakan lele pada segmen pembenihan dan pembesaran tidak terlalu banyak perbedaan, perbedaan paling mendasar hanya pada pakan alami dan pakan tambahan. Pada segmen pembenihan ada pemberian pakan alami berupa cacing sutera pada saat larva berumur lima hari, sementara pada segmen pembesaran jarang sekali ada pembudidaya yang meberikan cacing sutera, sementara pada segmen pembesaran, pemberian pakan tambahan berupa ayam tiren, ikan runcah dan lainnya. Kita akan coba menjelaskan satu persatu dari ketiga bagian tata cara pemberian pakan lele.
1.     Waktu Pemberian Pakan
Dalam tata cara pemberian pakan lele, mengetahui waktu pemberian pakan merupakan hal yang sangat penting, selain harus mengatur waktu pemberian pakan lele sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, baik yang menggunakan tiga kali sehari atau lima sampai dengan enam kali sehari (Setiap 3 jam). Yang sangat penting dan harus diperhatikan adalah pemberian pakan lele tidak boleh dimulai terlalu pagi, atau lebih jelasnya, jangan memberikan pakan pada lele sebelum jam sembilan pagi. Kenapa demikian? Berdasarkan penelitian pada waktu pagi sebelum jam sembilan, permukaan air kolam masih tercemar oleh zat-zat yang merugikan yang dibawa oleh udara, jadi jika kita memberikan pakan pada saat yang terlalu pagi, maka pakan akan bercampur dengan zat-zat tersebut sehingga menjadi racun dan berbahaya bagi kesehatan ikan. Dengan menunggu hingga jam sembilan, diharapkan sudah cukup waktu  untuk zat-zat tersebut menguap karena disinari oleh matahari. Adapun penyakit yang bisa ditimbulkan dari kebiasaan memberikan pakan yang terlalu pagi adalah radang insang, diakibatkan oleh parasit karena ikan memakan pakan yang telah tercemar oleh zat-zat yang merugikan.
2.    Persiapan Pemberian Pakan
Walaupun terlihat sepele, persiapan pemberian pakan juga merupakan faktor yang tidak bisa dilupakan dalam tata cara pemberian pakan lele. Persiapan pemberian pakan untuk pakan yang berbentuk pelet, sebaiknya para pengusaha ternak lele harus membiasakan membibis pakan pelet yang akan diberikan (kecuali pelet tenggelam), Bibis adalah proses membasahi pelet dengan air (dianjurkan dengan air hangat), gunanya agar pelet mengembang, sehingga ikan lele yang mempunyai sifat rakus tidak akan memakan pelet terlalu banyak atau berlebihan, jika kita memberikan pelet dalam kondisi kering, lele akan terus saja menyantap pelet dengan rakus, terlalu banyaknya lele menyantap pelet kering yang belum mengembang akan berakibat fatal, karena pelet-pelet tersebut akan mengembang dalam perut lele, kondisi ini akan berakibat buruk pada kesehatan lele bahkan bisa mengakibatkan kematian.
Adapun tata cara pemberian pakan lele untuk pakan tambahan persiapannya adalah dengan cara mengolah atau membersihkan pakan tersebut dengan baik, misalnya jika kita membeli cacing sutera dari toko ikan atau pengepul, sebaiknya cacing-cacing tersebut dicuci atau dibilas sebelum disebar ke kolam. Atau jika kita menggunakan ayam tiren pada segmen pembesaran, sebaiknya ayam tersebut direbus, jangan dibakar, karena jika dengan proses membakar, biasanya yang matang/hangus hanya bagian kulitnya saja, sementara bagian dalamnya belum matang, sehingga masih terdapat zat-zat yang berbahaya untuk kesehatan ikan, sementara jika prosesnya dilakukan dengan cara merebus, biasanya ayam tiren akan matang secara keseluruhan dan aman dikonsumsi oleh lele.
3.    Cara Memberikan Pakan
Cara memberikan pakan yang baik juga wajib diketahui oleh para pelaku usaha ternak lele agar tata cara pemberian pakan lele menjadi lengkap dan tepat guna.
a.    Cara memberikan pakan yang berbentuk pelet apung harus dilakukan dengan cara menyebar pelet menjadi tiga bagian, untuk mudahnya kita umpamakan tiga bagian kolam adalah ujung kanan, tengah dan ujung kiri, langkah pertama adalah sebar pelet secukupnya pada sisi ujung kanan kolam, setelah pelet habis, sebar lagi secukupnya pada sisi tengah kolam, setelah habis sebar lagi pada sisi ujung kiri kolam, lakukan proses tersebut sampai ikan lele kenyang, cirinya adalah terlihatnya beberapa butir pelet yang tersisa pada saat ditebar dipermukaan kolam. Metode pemberian pakan seperti ini dilakukan agar ikan lebih aktif bergerak, sehingga membantu pertumbuhan ikan, selain itu, dengan cara ini para pelaku usaha ternak lele juga dapat mengontrol tingkat responsif ikan lele.
b.    Untuk pelet tenggelam cara memberikannya berbeda, pelet tenggelam tidak disebar, melainkan hanya ditebarkan pada satu titik, sesuai namanya sifat pelet tenggelam akan tenggelam pada saat ditebar, jadi tebarkanlah sedikit-sedikit, karena lele termasuk ikan yang suka mengejar pakan yang bergerak, jadi dikhawatirkan pelet yang terlanjur tenggelam tidak akan dimakan, jika pada titik pemberian pakan pelet tenggelam respon ikan sudah nampak menurun, sebaiknya pemberian pakan dihentikan, ulangi dan lakukan lagi prosesnya pada setiap pemberian pakan pelet tenggelam.
c.    Pada segmen pembenihan, pakan alami seperti cacing sutera diberikan dengan cara disebar di sudut, di sisi dan di bagian tengah kolam, cacing sutera yang telah dibersihkan/dibilas lalu diambil seujung tangan kemudian diletakkan pada titik yang berbeda, tehnik ini sangat efektif karena larva lele yang berjumlah ribuan yang tersebar di seluruh bagian kolam akan rata mendapatkan makanan. Sementara pada segmen pembesaran, pemberian pakan tambahan seperti ayam tiren sebaiknya digantung, hal ini dilakukan agar meminimalisasikan sisa tulang yang berserakan pada dasar kolam, dengan cara seperti ini, tulang yang tersisa di tali gantungan dapat segera dibuang, sisa tulang yang berserakan bisa sangat berbahaya bagi pelaku ternak lele pada saat panen atau menguras kolam, karena bisa saja terinjak dan melukai kaki atau dapat merobek terpal bagi pengguna kolam terpal.
Semoga saja ulasan ini bermanfaat, diharapkan dengan diterapkannya cara pemberian pakan lele yang baik dan benar, para pelaku usaha ternak lele dapat mencegah resiko lele terserang penyakit atau kerugian lainnya, sehingga angka kematian lebih dapat diminimalisir dan dapat mencapai target produksi yang diinginkan, karena pada prinsipnya, mencegah itu sangat jauh lebih berguna dari pada mengobati, sukses untuk seluruh pengusaha ternak lele Indonesia, salam…

sumber...http://ternaklele.com/cara-pemberian-pakan-lele/

Informasi Ternak Lele

Lele

Ditulis tanggal 26 Jul 2011
Ikan lele adalah Jenis ikan yang memiliki banyak nama dan julukan yang berbeda di beberapa negara, bahkan di indonesia, ikan lele  memiliki nama yang berbeda pada beberapa daerah, hal ini disebabkan karena ikan lele termasuk jenis ikan yang memiliki banyak species, namun demikian, secara ilmiah ikan lele lebih dikenal dengan nama clarias, berasal dari kata chlaros bahasa yunani yang berarti kuat atau lincah, seperti pada kenyataannya di alam bebas, ikan lele memang terkenal lincah dan mampu bertahan hidup meskipun dalam kondisi air dan kadar oksigen yang minimum, karena ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan berupa labirin.
Ikan jenis clarias termasuk ikan lele memiliki ciri tubuh yang memanjang atau lonjong, kulit tubuhnya tidak bersisik dan licin karena dilindungi oleh sejenis cairan pelindung, sirip punggungnya memanjang pada bagian punggung dan terkadang menyatu dengan ekor, sementara dibagian bawah perut juga terdapat sirip anus yang memanjang hingga ke ekor, tidak seperti tubuhnya yang lonjong, bagian kepala lele cenderung lebih gepeng dan dilindungi oleh tulang yang sangat keras, matanya terlihat hitam dan kecil disisi kiri dan kanan kepala, berada di belakang kumis atau yang sering disebut sebagai sungut peraba yang berjumlah delapan, empat disisi kiri dan empat lainnya disisi kanan, pada bagian dada, ikan lele memiliki dua buah patil, yaitu sirip yang terdiiri dari tulang yang keras dan lancip.
Ikan lele biasa hidup di perairan air tawar, seperti sungai, rawa dan telaga, bahkan ikan lele juga mampu bertahan hidup di selokan got daerah perkotaan yang sudah tercemar. Ikan lele termasuk jenis ikan yang lebih aktif di malam hari, pada habitat aslinya di alam,  ikan lele akan memijah pada saat musim penghujan.
Masyarakat Indonesia dahulu hanya mengenal jenis lele lokal, kemudian sekitar tahun 1985 jenis lele dumbo masuk ke Indonesia, kualitas lele dumbo yang pada saat itu lebih unggul dibanding dengan lele lokal langsung mendapatkan tempat di hati para pembudidaya dan ternak lele di nusantara. Seiring berjalannya waktu dan dikarenakan kelalaian banyak pihak, kualitas lele dumbo mengalami penurunan, daya tahan dan pertumbuhan lele dumbo yang dibanggakan berangsur-angsur sirna, banyak para pengusaha budidaya lele kecewa, hal ini mengakibatkan lesunya dunia perlelean di tanah air.
Sekitar tahun 2004 munculah strain baru lele dumbo keluaran BBPBAT Sukabumi yang diberi nama lele sangkuriang, indukan lele dan bibit lele sangkuriang telah membawa pencerahan kepada banyak pelaku usaha ternak lele hingga saat ini, pasalnya baik indukan maupun benih lele sangkuriang memiliki banyak keunggulan setelah melalui proses perbaikan genetik, disamping daya tahan tubuh lebih kuat terhadap penyakit, benih atau bibit lele sangkuriang juga dapat tumbuh lebih cepat, selain itu jumlah telur indukan lele sangkuriang juga lebih banyak, semoga saja kualitas lele sangkuriang tetap bisa dipertahankan atau mudah-mudahan malah bisa semakin ditingkatkan, sehingga tidak bernasib seperti lele dumbo pendahulunya.

sumber..http://ternaklele.com/lele/

Pemasaran Lele

Pemasaran Lele

Ditulis tanggal 21 Jan 2011
Tata cara pemasaran lele atau menjual hasil produksi lele sebenarnya tidak terlalu sulit, namun sangat wajar jika seorang yang baru memulai atau baru akan menjalankan usaha ternak lele biasanya muncul pertanyaan bagaimana nanti cara memasarkannya? Jangan-jangan pemasaran lele itu sulit… dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan atau keraguan seputar pemasaran ikan lele, dikarenakan terlalu banyak keraguan dan kekhawatiran akan hal tersebut akhirnya malah banyak orang yang tadinya sudah memiliki semangat usaha yang tinggi malah mengurungkan niatnya untuk menggeluti usaha ternak lele. Dalam satu usaha, pemasaran merupakan hal yang sangat penting, demikian juga halnya dalam pemasaran lele, namun sangat disayangkan jika kegagalan pemasaran produksi lele terjadi karena faktor usaha pemasaran yang kurang atau memang belum menjalankan strategi pemasaran lele secara maksimal, apa pendapat anda tentang orang-orang yang kalah sebelum berperang? Menyedihkan bukan…
Peluang pemasaran lele sangat besar, ini bukan sekedar slogan atau propaganda, telah banyak survey dan riset-riset pemasaran  dilakukan oleh orang-orang yang memang ahli dibidangnya, kebutuhan masyarakat akan lele konsumsi memang semakin meningkat, jika kebutuhan masyarakat akan lele konsumsi semakin meningkat, mungkinkah pemasaran lele akan sulit? Pertanyaannya, sudahkah tata cara pemasaran lele dilakukan dengan maksimal? Sebelum membahas tata cara pemasaran lele, yang pertama kita lakukan adalah mengetahui sasaran atau target pasar  ikan lele konsumsi, mungkin telah banyak diinformasikan bahwa terdapat beberapa target pasar untuk ikan lele konsumsi, diantaranya adalah ; warung pecel lele, warteg, rumah-rumah makan lainnya atau bahkan resto-resto yang sudah mulai menawarkan menu special ikan lele, ditambah lagi belakangan ini semakin banyak berkembang tempat-tempat usaha yang mengelola daging ikan lele atau yang lebih dikenal dengan istilah lele olahan, mulai dari baso lele sampai dengan lele presto, ini baru target pemasaran lele secara umum, namun untuk orang-orang yang ingin melakukan pemasaran lele hal ini jangan dianggap remeh, dari tempat-tempat inilah sebetulnya daya serap kebutuhan lele sangat tinggi.
Sebagai contoh yang mudah untuk target pemasaran lele adalah warung pecel lele yang kian menjamur dimana-mana.  Analogikan saja jika di sekitar kita ada sekitar 50 warung pecel lele, ini adalah perumpamaan standart dan mungkin dalam wilayah yang radiusnya tidak terlalu luas, berdasarkan survey dilapangan, kebutuhan ikan lele konsumsi perwarung pecel lele adalah 2 s/d 3 kg/hari pada hari biasa, bahkan pada hari-hari libur bisa meningkat hingga 5 kg atau lebih perharinya, jika dikalikan saja dengan angka yang terendah yaitu 2 kg/hari x 50 warung pecel lele, maka kebutuhan lele konsumsi di daerah kita adalah 100 kg/hari atau 3 ton/bulan.
Jika dengan estimasi sederhana seperti contoh diatas saja sudah jelas kebutuhan akan lele konsumsi di daerah sekitar kita, maka kenapa  harus pusing memikirkan pemasaran lele atau untuk yang baru memulai usaha ternak lele, terlalu khawatir berlebihan sampai-sampai kalau tidak laku harus mengirim kemana? Setelah mengetahui kebutuhan lele konsumsi di daerah sendiri, mari hitung kemampuan produksi , tentunya dengan hitungan yang sederhana juga. Untuk peternak lele yang baru memulai usaha, katakanlah  usaha pembesaran lele dimulai dengan 1.000 benih  yang ditebar pada kolam 10m2, berdasarkan pengalaman budidaya lele dengan benih 1.000 ekor tersebut biasanya akan memanen hasil sekitar 1 kuintal atau lebih ikan lele konsumsi setelah 60 hari atau 2 bulan, tentunya dengan perawatan dan tata cara pemberian pakan lele yang sesuai aturan, rasanya untuk memenuhi kebutuhan lele di daerah  sendiri saja yang berkisar 3 ton/bulan kita harus bekerja keras dan ekstra semangat lagi.  Dari estimasi tersebut terbukti bahwa pemasaran lele di daerah sekitar kita saja sudah merupakan peluang yang sangat besar, apalagi jika anda memang memiliki kemampuan di bidang marketing, itu baru dari warung pecel lele saja, bagaimana dengan peluang pemasaran lele pada usaha pengelolaan daging lele yang lainnya, pastinya akan lebih banyak lagi peluang pemasaran lele yang akan didapatkan. Bahkan ada beberapa pengalaman dari para peternak lele skala rumah tangga, mereka hanya memiliki kolam di halaman rumah, saat akan panen mereka memasang plang di depan rumah, alhasil seluruh produksi lelenya laris terjual.
Langkah lain dalam pemasaran lele adalah dengan menggunakan jasa para pengepul, hal ini bisa dilakukan jika  ingin perputaran modal lebih cepat, pasalnya para pengepul biasanya akan membeli lele dalam jumlah besar, tidak jarang mereka akan memborong hasil panen secara keseluruhan, walaupun harga yang mereka tawarkan pastinya lebih murah dibanding kita harus menjualnya sendiri. Jika ada pertanyaan, dimana kita bisa mendapatkan pengepul? Percaya deh, disetiap daerah terdapat banyak para pengepul, tergantung usaha, lobi dan nego anda dengan pihak-pihak yang terkait.
Mungkinkah melakukan pemasaran lele jika kita tidak memiliki produksi? Segala sesuatunya harus dicoba, selagi dalam koridor yang baik dan benar, dalam era sekarang ini kita harus lebih aktif dan kreatif khususnya dalam menciptakan pangsa pasar  sendiri, bukan berarti ada larangan untuk mendapat pangsa pasar yang lebih luas, contoh di atas adalah untuk rekan-rekan yang baru atau baru akan memulai, semoga bisa lebih termotivasi, jika anda seorang peternak lele professional atau sudah menguasai peta pemasaran lele nasional mungkin hal tersebut jauh lebih baik, namun yang dibahas disini adalah bagaimana  memulai usaha dari skala yang sangat sederhana namun bisa menciptakan pasar sendiri yang lebih mudah dan dekat dengan lokasi ternak lele, sehingga tidak terlalu dipusingkan dengan proses pengiriman, resiko dan biaya tambahan yang nantinya malah akan keluar lebih banyak lagi. Jika kita sudah bisa menguasai pasar lele di daerah sendiri, biasanya dengan sendirinya usaha ternak lele  akan berkembang seiring dengan semakin banyaknya permintaan dan relasi yang terus bertambah.

sumber http://ternaklele.com/

Inovasi Teknologi Kolam Budidaya Lele


Inovasi Teknologi  dalam budidaya lele terus mengalami perkembangan, terlebih beberapa tahun belakangan ini, dari setiap sisi perubahan pada teknologi budidaya lele diharapakan mampu meningkatkan produksi dengan cara yang lebih evisien namun tetap evektif, sehingga para pelaku usaha ternak dan budidaya lele lebih bisa dimudahkan lagi untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Dari sekian banyak inovasi teknologi budidaya lele, yang paling menarik adalah tata cara pembuatan kolam, teknologi pembuatan kolam dalam budidaya lele terus mengalami perubahan, yang paling terkenal dan sering dibicarakan belakangan ini adalah teknologi kolam terpal. Selain lebih murah dari sisi ekonomi, perawatan kolam terpal juga relatif lebih mudah dan tetap bisa diandalkan karena dapat menekan angka kerugian benih atau bibit lele, jika dibandingkan dengan kolam lele dari tanah, resiko kerugian para pengusaha budidaya lele akan lebih besar, karena pada kolam tanah banyak terdapat hama dan terkadang terjadi kebocoran yang sulit untuk dideteksi.
Inovasi teknologi kolam pada budidaya lele juga dapat disesuaikan dengan lahan dan kemampuan modal para pengusaha budidaya dan ternak  lele, contoh yang paling signifikan misanya pada pada segmen pembenihan, sebelumnya para pembudidaya ikan lele beranggapan pembuatan kolam pada segmen pembenihan  harus menggunakan lahan yang cukup luas, anggapan itu belakangan ini ditepis oleh beberapa orang pembudidaya lele sangkuriang  yang memiliki lahan dan modal usaha terbatas, pada dasarnya lahan dan modal usaha yang besar memang sangat berguna bagi setiap pengusaha, namun jika kita memiliki keterbatasan, bukan suatu alasan bagi kita untuk menyerah, bahkan bagi beberapa rekan pembudidaya lele sangkuriang, keterbatasan itu malah memicu mereka untuk lebih mengembangkan potensi yang ada.
Keterbatasan lahan dan modal menginspirasi mereka untuk dapat terus melakukan budidaya lele pada segmen pembenihan, untuk proses pemijahan digunakan kolam yang lebih kecil dengan ukuran 2m(P)x1,5m(L)x1m(T), menggunakan 4 kakaban, indukan lele yang dipijahkan juga hanya 2 jantan dan 1 betina, sementara kolam penetasan yang digunakan berukuran 2mx4mx0,5m sebanyak 6 buah, 4 kolam diperuntukan untuk penetasan, saat indukan telah bertelur dikakaban, pada setiap kolam penetasan diletakkan satu kakaban, sementara 2 kolam yang tersisa digunakan untuk hasil penyortiran benih lele, berdasarkan pengalaman, dengan tehnik ini  hasil produksi tetap evektif , bahkan beberapa pembudidaya lele mengakui dengan tehnik seperti ini hasil produksi benih lele lebih meningkat. Untuk anda yang belum mencoba, silahkan mencoba, untuk yang sudah mencoba, semoga kesuksesan dalam budidaya lele terus menginspirasi anda, salam sukses…
sumber .http://ternaklele.com/

Penanggulangan Penyakit Lele


Bermacam penyakit lele sering kali membuat pusing para pengusaha budidaya lele, baik yang berkecimpung di segmen pembenihan maupun pada segmen pembesaran, bahkan tidak jarang penyakit yang menyerang lele berujung pada kematian sehingga mengakibatkan kerugian besar bagi para pengusaha ternak lele, penyakit lele bisa diakibatkan dari bermacam faktor, baik karena faktor alam maupun dari kesalahan tata cara pembudidayaan.
Banyak cara yang bisa dilakukan dalam hal penggulangan penyakit lele, diantaranya dengan menggunakan bahan-bahan yang sudah tersedia di alam atau disekitar lingkungan kita, selain lebih murah dan mudah didapat, pengobatan penyakit lele dengan bahan-bahan alami relatif lebih aman, baik untuk lele maupun untuk lingkungan sekitar.
Contoh penanggulangan penyakit lele dengan bahan alami yang sudah dilakukan oleh beberapa pembudidaya ikan lele :
1.    Radang usus, penyakit lele ini biasanya menunjukkan gejala lele akan terlihat berdiri tegak dan bagian kumisnya menyembul di permukaan air, beberapa pembudidaya menyebutnya seperti tiang listrik, jika ikan lele rekan-rekan pembudidaya mengalami penyakit lele seperti ini, penanggulangannya bisa dengan cara menggunakan buah mengkudu yang sudah masak/mateng, caranya mudah, ambil buah mengkudu yang sudah masak lalu masukkan pada kolam lele yang sakit, untuk ukurannya disesuaikan saja dengan besaran kolam, misalnya untuk kolam ukuran 2×4 cukup dengan 1 atau 2 buah mengkudu.
2.    Radang Insang, penyakit lele seperti ini biasanya menunjukkan ciri insang lele yang memerah. Penanggulangan penyakit lele seperti ini bisa dengan cara menggunakkan daun sirih dan daun pepaya. Caranya, ambil 10 lembar daun sirih dan 10 lembar daun pepaya segar, lalu rebus dengan 1 liter air (1gayung) biarkan mendidih sampai  air sat/susut menjadi tinggal 1 gelas. Setelah itu larutkan hasil rebusan air yang 1 gelas tadi dengan 10 gelas air bersih, hasil campuran inilah yang bisa digunakan, tebarkan larutan ini secukupnya pada permukaan air kolam yang terkena penyakit, dosis harus disesuaikan dengan luas kolam.
3.    Asam lambung, lele yang terkena penyakit ini biasanya akan terlihat kembung karena berisi gas/angin dan cairan, untuk penyakit ini penanggulangannya bisa dengan cara seperti penanggulangan pada penyakit radang insang.
4.      Penyakit  jamur/radang kulit, biasanya pada kulit lele akan terlihat bercak-bercak putih, atau jika yang sudah parah kulitnya seperti terkelupas, untuk penyakit lele  jenis ini, penanggulangannya bisa dengan ramuan seperti pada penanggulangan pada penyakit radang insang (no.2) hanya saja agar khasiat ramuan lebih efektif, sebaiknya ikan lele yang sakit direndam dalam baskom yang telah diisi dengan ramuan tersebut. jika jumlah ikan lele yang  sakit banyak, penanggulangan penyakit lele bisa dengan cara seperti di bawah ini :
a. Kuras air kolam 50%
b. Siapkan baskom/wadah yang bisa menampung jumlah ikan yang akan diobati, isi dengan ramuan daun pepaya dan daun sirih (yang telah dicampur dengan air bersih 10:1)
c. Masukan ikan lele  kedalam baskom/wadah, waktunya disesuaikan saja, jangan terlalu lama, jika ikan lele terlihat sudah megap-megap, berarti sudah cukup.
d. Kembalikan ikan lele ke dalam kolam, tambahkan air kolam seperti volume awal, sebaiknya gunakan air yang berkualitas baik (Sudah dikompos atau air yang sudah melalui proses persiapan untuk air kolam).
e. Untuk membantu proses penyembuhan, boleh menebar cairan ramuan tersebut ke dalam kolam (cara no.2), ditambah dengan memasukan buah mengkudu yang sudah masak/mateng (cara no.1)
Ini hanyalah beberapa contoh cara penanggulangan penyakit lele dengan menggunakan bahan-bahan alami yang telah dilakukan oleh beberapa pembudidaya, jika para pembaca memiliki pendapat atau resep obat yang lain, silahkan dicoba dan jangan lupa sharing informasinya ke ternaklele.com semoga saja dapat menambah wawasan dan berguna untuk para petani dan pembudidaya lele.
Terima Kasih Banyak Untuk Kang Koko di Bogor atas Sharing informasinya  mengenai konten artikel ini.

Selasa, 22 November 2011

Membuat larutan untuk menguraikan sampah kotoran lele dan sisa makanan

Membuat larutan untuk menguraikan sampah kotoran lele dan sisa makanan lele pellet yang masih tertinggal di dalam kolam. Larutan terdiri dari Biakan Bakteri Buatan sendiri 250 ml ditanbah gula 2 sdm ditambah air bersih 100 ml, lalu didiamkan selama minimal 5 jam untuk mengaktifkan bakterinya, yang mungkin sedang istirahat. Waktu pembiakan 5 jam ini saya peroleh dari waktu standar Aqua Simba buatan ITB, dan saya coba jadikan standar waktu pengaktifan pembiakan bakteri. Dalam kasus ini, pengaktifan larutan saya mula jam 15.00 dan dimasukkan wadah plastik tertutup dan dibiarkan semalaman.
Larutan pengurai limbah dari Biakan Bakteri Buatan Sendiri (B3S) akan diceburkan ke kolam besok pagi satu jam sesudah lele sarapan. Dengan asumsi, setelah bakteri aktif, diceburin ke kolam, kena sinar matahari, bakteri akan mulai menguraikan limbah kotoran lele dan sisa makanan yang tenggelam ke dasar kolam, serta sisa bangkai kecebong dls.
Asumsi ini bisa salah karena saya tidak punya dasar ilmiah alias gak punya ilmunya, jadi dicoba saja dulu, diamati, dievaluasi, kalau salah ya dibenerin. Sambil nyari ilmunya.
Disini saya mencoba untuk memanfaatkan kandungan muatan local dalam budidaya lele ini, supaya lele yang saya hasilkan mendekati ke arah organik. Penggunaan bahan kimia sintetis atau apapun namanya saya coba hindari, supaya lele yang ada menjadi tahan banting alamiah, atau dengan ramuan herbal saja.
Referensi yang saya peroleh adalah kalau EM-4 bisa digunakan untuk mengurai limbah kolam dan bisa digunakan untuk menguraikan sampah organik menjadi pupuk. Kemudian dari pengalam empiris para petani diberbagai daerah memanfaatkan sumber daya alami yang ada disekitarnya dan bisa menghasilkan biakan bakteri sendiri yang ternya juga bisa digunakan untuk menguraikan sampah organik menjadi pupuk organik, maka saya mencoba meberanikan diri menggunakan biakan bakteri buatan sendiri untuk diaplikasikan sebagai pengurai limbah kotoran ikan, dalam hal ini lele, dan sisa makanan, pellet dalam air. Bismillah.
Gb-01. Biakan Bakteri Buatan Sendiri
Gb-02. Larutan Pengurai Limbah Kolam B3S
Spirit saya menggunakan bahan yang ada disekitar kita adalah untuk memotivisir teman-2 peternak lele dan ikan untuk memanfaatkan resources yang ada disekitarnya yang telah dikaruniakan Allah kepada kita semua. Dengan demikian akan mendekatkan kita kepada alam dan Allah sebagai Penciptanya.
30 Mei 2011
Pelet dicampur dengan larutan jakucur. Larutan ini berbahan Jahe, Kunyit (Kunir/Koneng) dan Kencur/Cikur. Bahan-bahan tersebut diparut, ditambah 4 sdm air bersih, diperas, ditampung dalam wadah. Karena penggunaannya paling 2-3 sdm per-penyampuran, sisanya bisa disimpan dalam kulkas. Bahan-bahan tersebut masing-masing 100 gram (1 ons), bisa digunakan sampai dengan 1 minggu. Campuran saya selang-seling dengan kombucha setiap satu minggu.
Gb-03. Larutan Jakucur
Gb-04. Pelet dicampur larutan jakucur
Larutan B3S pengurai limbah diceburkan ke kolam 1 jam setelah lele sarapan. Supaya lele cukup mencerna makanannya dan tahan mendapatkan tambahan bahan penguat baru. Dengan B3S ini saya harapkan berfungsi sebagai pupuk plankton. Dengan dipupuk secara rutin maka diharapkan jumlah plankton dalam air memadai sehingga, mestinya ngirit asupan makanan tambahan.
Air kolam dijaga ketinggiannya sekitar 40 cm dari permukaan tanah. Kalau hujan deras selama satu jam, berturut-turut selama 3-4 hari maka kolam yang permukaannya hanya 2 m2 ternyata bisa menampung tambahan air hujan sebanyak kurang lebih 100 Liter. Kalau dibiarkan, dengan konstruksi yang ada dikawatirkan kolam akan ambruk.
Pengurangan dilakukan sambil olah raga, yaitu air diambil menggunakan gayung dan dimasukkan timba, dibuang ke selokan. Lumayan tangan berayun 100 kali, dan otot meregang 10 kali mengangkat timba 10 literan.
Lele ke-3 ku mati setelah 1.5-2 jam kolam diceburin larutan B3S, wah ada beberapa kemungkinan kenapa lele mati meski hanya 1 ekor :
1. Apakah mungkin larutan terlalu keras, 250ml B3S dicampur air 1000ml + 2sdm gula putih. Wallahhualam. Kita lihat saja kesudahannya.
2. Apakah tidak tahan jakucur ya?
3. Atau sudah sakit sebelumnya tapi gak ngomong-ngomong ya?
Gb-05. Lele mati ke-3
Tunggu sambungan laporan lele berikutnya ya …………



Aplikasi EM Pada Perikanan

Aplikasi EM Pada Perikanan
1. EM Aktif
Dibuat dari EM-4 Perikanan dan molase yang dicampur dengan air sampai mencapai 20 kali kemudian difermentasi selama seminggu. Dalam pemanfaatannya dituangkan langsung ke tambak dengan dosis 1.500 liter / Ha. Dengan frekuensi pemberian 3 – 7 hari sekali sampai panen.
2.EM-5.
EM-5 adalah campuran dari arak, cuka EM-4 molase dan air. Cara pembuatan dan pengemasannya dengan FPE. EM-5 ini adalah pestisidaorganik dengan teknologi EM untuk memberantas hama khusus untuk EM-5 dapat disimpan sampai 3 bulan asalkan tidak terkontaminasi pathogen
3. Ekstrak bawang putih dengan EM-5
Campurkan 1 Kg. bawang putih yang telah diblender dengan 1 liter EM-5 dan tambahkan 8 liter air kemudian aduk secara merata dan gunakan setelah disimpan selama 24 jam. Gunakan pada pemberian pakan pertama dengan dosis 1 L/ 10 Kg.
4. Ekstrak pisang dengan EM-Aktif
Campurkan 10 Kg. pisang yang telah diblender dengan 20 liter EM-Aktif dan aduk secara merata dan simpanlah selama 24 jam sebelum digunakan.
Gunakan pada pemberian pakan kedua, ketiga dan seterusnya. Dengan dosis 1 liter / 10 Kg. pakan.
Aplikasi Untuk Pengolahan Tanah Dasar Tambak
* Setelah tanah dikeringkan dan dicangkul atau dibajak, rendam dengan air sedalam 20 cm kemudian disiram dengan EM4 sebanyak 6 liter / ha. Biarkan selama 4 – 7 hari dan keringkan kembali selama 4 hari.
* Tanah dikapur sebanyak 300 Kg / ha dan pupuk dengan EM-Bokashi 1-5 ton/ha
* Diisi air dengan ketinggian 20 cm lalu siram dengan EM4 sebanyak 6 leter / ha, biarkan selama 1 minggu.
* Tambahkan air hingga mencapai ketinggian 60-80 cm, lalu siramkan EM4 6- 8 liter/ha. Biarkan selama 1 minggu hingga menjelang benur ditebar.
Pada Masa Pemeliharaan
Setelah benur berumur 1 bulan, siramkan EM4 sebanyak 1-3 ppm/minggu/ha atau pada saat penggantian air sesuai dengan kondisi air.
NB. 1 ppm = 1 : 1.000.000 ( bila ketinggian air 60 cm, maka diperlukan EM4 sebanyak 6 liter/ha)

sumber http://yomo23setiawan.wordpress.com/

BUDI DAYA LELE ORGANIK DENGAN KOTORAN

KOTOBUDI DAYA LELE ORGANIK DENGAN RAN / FESES KELINCI
Budidaya lele organik masih tergolong baru sehingga belum populer di masyarakat,walau Lele masih menjadi makanan favorit di masyarakat. Namun kebanyakan yang beredar, mengandung residu akibat pemakaian bahan kimia yang tinggi. “Berbeda, kalau organik sudah bebas zat kimia,”. Sementara ditilik dari segi gizi, lele organik tingkat kolestorelnya lebih rendah karena mengandung asam lemak tak jenuh.
Abdul Kohar, 48, petani lulusan Teknik Nuklir, Universitas Gajah Mada, adalah salah satu petani Banyuwangi, yang merupakan pelopor pengembangan budidaya lele organik dengan konsep mengadopsi pola hidup lele di alam bebas, dimana media hidup dan pakannya berasal dari bahan organik.sehingga berbeda dengan budidaya lele nonorganik, biasanya dilakukan tanpa perlakuan khusus dengan pakannya berasal dari pabrikan (pelet) dan Hasilnya tentu saja berbeda. Ukuran lele organik ternyata lebih panjang, antara 25-30 centimeter dibandingkan lele biasa. Warna lele organik kemerah-merahan, terutama di bagian sirip dan insang. “Lele biasa warnanya sedikit lebih hitam, Lele organik juga lebih menonjol dalam hal rasa. Tekstur daging lebih kesat, kenyal, dan gurih, hampir menyamai rasa lele yang hidup di alam bebas. “Dan tentunya, lebih sehat.”
Di belakang rumahnya, Jalan Temuguruh, Kecamatan Genteng, Banyuwangi, ia membikin 12 kolam berukuran masing-masing 3,5 meter x 4 meter untuk membudidayakan lele organik sejak masih benih hingga siap konsumsi. Hanya cukup diberi pakan kotoran hewan yang dicampur air dan tetes beserta enzim bakteri silanace untuk mempercepat proses penguraian kotoran. Selang tujuh hari kemudian akan menghasilkan banyak plankton yang menjadi makanan utama lele. Keuntungan lainnya, air di dalam kolam lele tidak menghasilkan bau busuk seperti halnya lele non organik. Sehingga ia tak perlu repot mengganti air dalam kolam. “Menghemat biaya dan tenaga,” Dan sisa air dalam kolam lele ternyata masih bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk tanaman.
Saat ini pakan ikan lele yang berupa pellet, dipasaran mengalami kenaikan dari harga 6.000 rupiah per kilogram menjadi 8.000 rupiah per kilogram. Untuk menghasilkan 1 ton ikan lele siap konsumsi, jika menggunakan pakan pellet menghabiskan pakan 1 ton, dalam 1 kilogram ikan lele yang diberi pakan pelet berjumlah antara 8 hingga 9 ekor, sedangkan yang diberi pakan organik 7 hingga 8 ekor. Saat ini harga ikan lele di pasaran mencapai 14.000 rupiah per kilogram.
Beternak lele organik tidak terlalu banyak biaya yang dikeluarkan, karena biaya Budidaya lele yang paling dominan adalah pakan, sedang lele organik pakan praktis tidak perlu membeli, demikian pula dengan tenaga kerja saat pemeliharaan tidak diperlukan lagi, polusi bau tidak sedap tidak terjadi, sisa air kolam masih bisa dimanfaatkan untuk pupuk tanaman.
Biaya Investasi :yang perlu disiapkan tidak terlalu banyak karena pemeliharaan lele biaya yang paling dominan adalah pakan
Perkiraan harga terpal ukuran 5X7 Rp. 600.000
Ditambah pembelian bambu dengan tenaga kerja pengerjaan atau ongkos gali kolam + batu merah
Biaya Budi daya :
Benih jenis Dumbo Sangkuriang ukuran 7,8 mm Rp. 250/ekor
Kotoran kelinci, Tetes, Enzim Bakteri Silanace harga Rp. 25.000 /Liter untuk 500 Kg kotoran sapi.
Hasil :
Usia 70 hari panen dengan ukuran 1 Kg isi 8-9 ekor, harga partai 1 Kg lele Rp. 11.000. dan sisa air kolam bisa dijadikan pupuk.
CARA PEMANFAATAN FESES KELINCI UNTUK PAKAN IKAN LELE
Bahan-bahan yang dibutuhkan :
1. Kotoran kelinci, basah atau kering
2. Tetes tebu / molase / gula
3. Fermentor (EM4, Prodecom, dll)
APLIKASI FESES KELINCI UNTUK PAKAN IKAN LELE
Tebarkan kotoran kelinci secara merata di dasar kolam dengan perbandingan 500 kg untuk 1000 ekor bibit lele, lalu isi kolam dengan air tanah sampai dengan ketinggian 10 cm dari permukaan kotoran kelinci.
Campurkan fermentor dengan molase dengan perbandingan 1 lt fermentor, 2 lt molase dan 10 lt air sampai merata
Biarkan selama 2 jam agar bakteri menjadi aktif
Masukkan campuran fermentor, molase dan air tanah ke dalam kolam secara merata supaya proses fermentasi sempurna, dan biarkan selama 7 hari.
Setelah 7 hari, kolam diisi air sampai batas maksimal, lalu dibiarkan selama 3 hari
Setelah semua proses dilakukan, masukkan bibit ikan lele ukuran 7/9 ke dalam kolam dengan perbandingan 1 m2 untuk 250 – 300 ekor bibit.
Pada saat memasukkan bibit ikan lele, jangan lupa melakukan aklimatisasi selama kurang lebih 2 jam
Bila semua prosedur sudah dilakukan, maka 70 hari kemudian akan bisa panen ikan lele
Selamat mencoba dan semoga sukses
sumber http://yomo23setiawan.wordpress.com

Budidaya lele sangkuriang

Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air Tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan 1) dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, 2) teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, 3) pemasarannya relatif mudah dan 4) modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah.
Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan terhadap penyakit.
Namun demikian perkembangan budidaya yang pesat tanpa didukung pengelolaan induk yang baik menyebabkan lele dumbo mengalami penurunan kualitas. Hal ini karena adanya perkawinan sekerabat (inbreeding), seleksi induk yang salah atas penggunaan induk yang berkualitas rendah. Penurunan kualitas ini dapat diamati dari karakter umum pertama matang gonad, derajat penetasan telur, pertumbuhan harian, daya tahan terhadap penyakit dan nilai FCR (Feeding Conversion Rate).
Sebagai upaya perbaikan mutu ikan lele dumbo BBAT Sukabumi telah berhasil melakukan rekayasa genetik untuk menghasilkan lele dumbo strain baru yang diberi nama lele “Sangkuriang”.
Seperti halnya sifat biologi lele dumbo terdahulu, lele Sangkuriang tergolong omnivora. Di alam ataupun lingkungan budidaya, ia dapat memanfaatkan plankton, cacing, insekta, udang-udang kecil dan mollusca sebagai makanannya. Untuk usaha budidaya, penggunaan pakan komersil (pellet) sangat dianjurkan karena berpengaruh besar terhadap peningkatan efisiensi dan produktivitas.
Tujuan pembuatan Petunjuk Teknis ini adalah untuk memberikan cara dan teknik pemeliharaan ikan lele dumbo strain Sangkuriang yang dilakukan dalam rangka peningkatan produksi Perikanan untuk meningkatkan ketersediaan protein hewani dan tingkat konsumsi ikan bagi masyarakat Indonesia.
Berdasarkan keunggulan lele dumbo hasil perbaikan mutu dan sediaan induk yang ada di BBAT Sukabumi, maka lele dumbo tersebut layak untuk dijadikan induk dasar yaitu induk yang dilepas oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dan telah dilakukan diseminasi kepada instansi/pembudidaya yang memerlukan. Induk lele dumbo hasil perbaikan ini, diberi nama “Lele Sangkuriang”. Induk lele Sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetik melalui cara silang balik antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6). Induk betina F2 merupakan koleksi yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi yang berasal dari keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia tahun 1985. Sedangkan induk jantan F6 merupakan sediaan induk yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Induk dasar yang didiseminasikan dihasilkan dari silang balik tahap kedua antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan hasil silang balik tahap pertama (F2 6).
Budidaya lele Sangkuriang dapat dilakukan di areal dengan ketinggian 1 m – 800 m dpi. Persyaratan lokasi, baik kualitas tanah maupun air tidak terlalu spesifik, artinya dengan penggunaan teknologi yang memadai terutama pengaturan suhu air budidaya masih tetap dapat dilakukan pada lahan yang memiliki ketinggian diatas >800 m dpi. Namun bila budidaya dikembangkan dalam skala massal harus tetap memperhatikan tata ruang dan lingkungan sosial sekitarnya artinya kawasan budidaya yang dikembangkan sejalan dengan kebijakan yang dilakukan Pemda setempat.
Budidaya lele, baik kegiatan pembenihan maupun pembesaran dapat dilakukan di kolam tanah, bak tembok atau bak plastik. Budidaya di bak tembok dan bak plastik dapat memanfaatkan lahan pekarangan ataupun lahan marjinal lainnya.
Sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air sumu (air permukaan atau sumur dalam), ataupun air hujan yan sudah dikondisikan terlebih dulu. Parameter kualitas air yan baik untuk pemeliharaan ikan lele sangkuriang adalah sebagai berikut:
1. Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-32°C. Suhu air akan mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan napsu makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air.
2. pH air yang ideal berkisar antara 6-9.
3. Oksigen terlarut di dalam air harus > 1 mg/l.
Budidaya ikan lele Sangkuriang dapat dilakukan dalam bak plastik, bak tembok atau kolam tanah. Dalam budidaya ikan lele di kolam yang perlu diperhatikan adalah pembuatan kolam, pembuatan pintu pemasukan dan pengeluaran air.
Bentuk kolam yang ideal untuk pemeliharaan ikan lele adalah empat persegi panjang dengan ukuran 100-500 m2. Kedalaman kolam berkisar antara 1,0-1,5 m dengan kemiringan kolam dari pemasukan air ke pembuangan 0,5%. Pada bagian tengah dasar kolam dibuat parit (kamalir) yang memanjang dari pemasukan air ke pengeluaran air (monik). Parit dibuat selebar 30-50 cm dengan kedalaman 10-15 cm.
Sebaiknya pintu pemasukan dan pengeluaran air berukuran antara 15-20 cm. Pintu pengeluaran dapat berupa monik atau siphon. Monik terbuat dari semen atau tembok yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian kotak dan pipa pengeluaran. Pada bagian kotak dipasang papan penyekat terdiri dari dua lapis yang diantaranya diisi dengan tanah dan satu lapis saringan. Tinggi papan disesuaikan dengan tinggi air yang dikehendaki. Sedangkan pengeluaran air yang berupa siphon lebih sederhana, yaitu hanya terdiri dari pipa paralon yang terpasang didasar kolam dibawah pematang dengan bantuan pipa berbentuk “L” mencuat ke atas sesuai dengan ketinggian air kolam.
Saringan dapat dipasang pada pintu pemasukan dan pengeluaran agar ikan-ikan jangan ada yang lolos keluar/masuk.
Pelaksanaan Budidaya
Sebelum benih ikan lele ditebarkan di kolam pembesaran, yang perlu diperhatikan adalah tentang kesiapan kolam meliputi:
a. Persiapan kolam tanah (tradisional)
Meliputi :
* Pengolahan dasar kolam yang terdiri dari pencangkulan atau pembajakan tanah dasar kolam dan meratakannya. Dinding kolam diperkeras dengan memukul-mukulnya dengan menggunakan balok kayu agar keras dan padat supaya tidak terjadi kebocoran. Pemopokan pematang untuk kolam tanah (menutupi bagian-bagian kolam yang bocor).
* Untuk tempat berlindung ikan (benih ikan lele) sekaligus mempermudah pemanenan maka dibuat parit/kamalir dan kubangan (bak untuk pemanenan).
* Memberikan kapur ke dalam kolam yang bertujuan untuk memberantas hama, penyakit dan memperbaiki kualitas tanah. Dosis yang dianjurkan adalah 20-200 gram/m2, tergantung pada keasaman kolam. Untuk kolam dengan pH rendah dapat diberikan kapur lebih banyak, juga sebaliknya apabila tanah sudah cukup baik, pemberian kapur dapat dilakukan sekedar untuk memberantas hama penyakit yang kemungkinan terdapat di kolam.
* Pemupukan dengan kotoran ternak ayam, berkisar antara 500-700 gram/m2; urea 15 gram/m2; SP3 10 gram/m2; NH4N03 15 gram/m2.
* Pada pintu pemasukan dan pengeluaran air dipasang penyaring
* Kemudian dilakukan pengisian air kolam.
* Kolam dibiarkan selama ± 7 (tujuh) hari, guna memberi kesempatan tumbuhnya makanan alami.
b. Persiapan kolam tembok
Persiapan kolam tembok hampir sama dengan kolam tanah. Bedanya, pada kolam tembok tidak dilakukan pengolahan dasar kolam, perbaikan parit dan bak untuk panen, karena parit dan bak untuk panen biasanya sudah dibuat Permanen.
c. Penebaran Benih
Meliputi :
* Sebelum benih ditebarkan sebaiknya benih disuci hamakan dulu dengan merendamnya didalam larutan KM5N04 (Kalium permanganat) atau PK dengan dosis 35 gram/m2 selama 24 jam atau formalin dengan dosis 25 mg/l selama 5-10 menit.
* Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari atau pada saat udara tidak panas. Sebelum ditebarkan ke kolam, benih diaklimatisasi dulu (perlakuan penyesuaian suhu) dengan cara memasukan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam wadah pengangkut benih. Benih yang sudah teraklimatisasi akan dengan sendirinya keluar dari kantong (wadah) angkut benih menuju lingkungan yang baru yaitu kolam. Hal ini berarti bahwa perlakuan tersebut dilaksanakan diatas permukaan air kolam dimana wadah (kantong) benih mengapung diatas air. Jumlah benih yang ditebar 35-50 ekor/m2 yang berukuran 5-8 cm.
d. Pemberian Pakan
Selain makanan alami, untuk mempercepat pertumbuhan ikan lele perlu pemberian makanan tambahan berupa pellet. Jumlah makanan yang diberikan sebanyak 2-5% perhari dari berat total ikan yang ditebarkan di kolam. Pemberian pakan frekuensinya 3-4 kali setiap hari. Sedangkan komposisi makanan buatan dapat dibuat dari campuran dedak halus dengan ikan rucah dengan perbandingan 1:9 atau campuran dedak halus, bekatul, jagung, cincangan bekicot dengan perbandingan 2:1:1:1 campuran tersebut dapat dibuat bentuk pellet.
e. Pemanenan
Ikan lele Sangkuriang akan mencapai ukuran konsumsi setelah dibesarkan selama 130 hari, dengan bobot antara 200 – 250 gram per ekor dengan panjang 15 – 20 cm. Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam. Ikan lele akan berkumpul di kamalir dan kubangan, sehingga mudah ditangkap dengan menggunakan waring atau lambit. Cara lain penangkapan yaitu dengan menggunakan pipa ruas bambu atau pipa paralon/bambu diletakkan didasar kolam, pada waktu air kolam disurutkan, ikan lele akan masuk kedalam ruas bambu/paralon, maka dengan mudah ikan dapat ditangkap atau diangkat. Ikan lele hasil tangkapan dikumpulkan pada wadah berupa ayakan/happa yang dipasang di kolam yang airnya terus mengalir untuk diistirahatkan sebelum ikan-ikan tersebut diangkut untuk dipasarkan.
Pengangkutan ikan lele dapat dilakukan dengan menggunakan karamba, pikulan ikan atau jerigen plastik yang diperluas lubang permukaannya dan dengan jumlah air yang sedikit.
——————————————————————————
Kegiatan budidaya lele Sangkuriang di tingkat pembudidaya sering dihadapkan pada permasalahan timbulnya penyakit atau kematian ikan. Pada kegiatan pembesaran, penyakit banyak ditimbulkan akibat buruknya penanganan kondisi lingkungan. Organisme predator yang biasanya menyerang antara lain ular dan belut. Sedangkan organisme pathogen yang sering menyerang adalah Ichthiophthirius sp., Trichodina sp., Monogenea sp. dan Dactylogyrus sp.
Penanggulangan hama insekta dapat dilakukan dengan pemberian insektisida yang direkomendasikan pada saat pengisian air sebelum benih ditanam. Sedangkan penanggulangan belut dapat dilakukan dengan pembersihan pematang kolam dan pemasangan plastik di sekeliling kolam.
Penanggulangan organisme pathogen dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan budidaya yang baik dan pemberian pakan yang teratur dan mencukupi. Pengobatan dapat menggunakan obat-obatan yang direkomendasikan.
Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan persiapan kolam dengan baik. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan kolam tanah, persiapan kolam meliputi pengeringan, pembalikan tanah, perapihan pematang, pengapuran, pemupukan, pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan bak tembok atau bak plastik, persiapan kolam meliputi pengeringan, disenfeksi (bila diperlukan), pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Perbaikan kondisi air kolam dapat pula dilakukan dengan penambahan bahan probiotik.
Untuk menghindari terjadinya penularan penyakit, maka hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
* Pindahkan segera ikan yang memperlihatkan gejala sakit dan diobati secara terpisah. Ikan yang tampak telah parah sebaiknya dimusnahkan.
* Jangan membuang air bekas ikan sakit ke saluran air.
* Kolam yang telah terjangkit harus segera dikeringkan dan dilakukan pengapuran dengan dosis 1 kg/5 m2. Kapur (CaO) ditebarkan merata didasar kolam, kolam dibiarkan sampai tanah kolam retak-retak.
* Kurangi kepadatan ikan di kolam yang terserang penyakit.
* Alat tangkap dan wadah ikan harus dijaga agar tidak terkontaminasi penyakit. Sebelum dipakai lagi sebaiknya dicelup dulu dalam larutan Kalium Permanganat (PK) 20 ppm (1 gram dalam 50 liter air) atau larutan kaporit 0,5 ppm (0,5 gram dalam 1 m3 air).
* Setelah memegang ikan sakit cucilah tangan kita dengan larutan PK
* Bersihkan selalu dasar kolam dari lumpur dan sisa bahan organik
* Usahakan agar kolam selalu mendapatkan air segar atau air baru.
* Tingkatkan gizi makanan ikan dengan menambah vitamin untuk menambah daya tahan ikan.
ANALISA USAHA
Pembesaran lele Sangkuriang di bak plastik
Sumber :Buku Budidaya Lele Sangkuriang, Dit. Pembudidayaan, Ditjen Perikanan Budidaya
Sumber : http://anasbanget.wordpress.com/2007/08/25/budidaya-lele-sangkuriangclarias-sp/

Cara budidaya lele yang tepat

I. Pendahuluan.
Lele merupakan jenis ikan yang digemari masyarakat, dengan rasa yang lezat, daging empuk, duri teratur dan dapat disajikan dalam berbagai macam menu masakan. Berikut persiapan-persiapan yang dapat dilakukan
II. Pembenihan Lele.
Adalah budidaya lele untuk menghasilkan benih sampai berukuran tertentu dengan cara mengawinkan induk jantan dan betina pada kolam-kolam khusus pemijahan. Pembenihan lele mempunyai prospek yang bagus dengan tingginya konsumsi lele serta banyaknya usaha pembesaran lele.
III. Sistem Budidaya.
Terdapat 3 sistem pembenihan yang dikenal, yaitu :
1. Sistem Massal. Dilakukan dengan menempatkan lele jantan dan betina dalam satu kolam dengan perbandingan tertentu. Pada sistem ini induk jantan secara leluasa mencari pasangannya untuk diajak kawin dalam sarang pemijahan, sehingga sangat tergantung pada keaktifan induk jantan mencari pasangannya.
2. Sistem Pasangan. Dilakukan dengan menempatkan induk jantan dan betina pada satu kolam khusus. Keberhasilannya ditentukan oleh ketepatan menentukan pasangan yang cocok antara kedua induk.
3. Pembenihan Sistem Suntik (Hyphofisasi).
Dilakukan dengan merangsang lele untuk memijah atau terjadi ovulasi dengan suntikan ekstrak kelenjar Hyphofise, yang terdapat di sebelah bawah otak besar. Untuk keperluan ini harus ada ikan sebagai donor kelenjar Hyphofise yang juga harus dari jenis lele.
IV. Tahap Proses Budidaya.
A. Pembuatan Kolam.
Ada dua macam/tipe kolam, yaitu bak dan kubangan (kolam galian). Pemilihan tipe kolam tersebut sebaiknya disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Secara teknis baik pada tipe bak maupun tipe galian, pembenihan lele harus mempunyai :
Kolam tandon. Mendapatkan masukan air langsung dari luar/sumber air. Berfungsi untuk pengendapan lumpur, persediaan air, dan penumbuhan plankton. Kolam tandon ini merupakan sumber air untuk kolam yang lain.
Kolam pemeliharaan induk. Induk jantan dan bertina selama masa pematangan telur dipelihara pada kolam tersendiri yang sekaligus sebagai tempat pematangan sel telur dan sel sperma.
Kolam Pemijahan. Tempat perkawinan induk jantan dan betina. Pada kolam ini harus tersedia sarang pemijahan dari ijuk, batu bata, bambu dan lain-lain sebagai tempat hubungan induk jantan dan betina.
Kolam Pendederan. Berfungsi untuk membesarkan anakan yang telah menetas dan telah berumur 3-4 hari. Pemindahan dilakukan pada umur tersebut karena anakan mulai memerlukan pakan, yang sebelumnya masih menggunakan cadangan kuning telur induk dalam saluran pencernaannya.
B. Pemilihan Induk
Induk jantan mempunyai tanda :
- tulang kepala berbentuk pipih
- warna lebih gelap
- gerakannya lebih lincah
- perut ramping tidak terlihat lebih besar daripada punggung
- alat kelaminnya berbentuk runcing.
Induk betina bertanda :
- tulang kepala berbentuk cembung
- warna badan lebih cerah
- gerakan lamban
- perut mengembang lebih besar daripada punggung alat kelamin berbentuk bulat.
C. Persiapan Lahan.
Proses pengolahan lahan (pada kolam tanah) meliputi :
- Pengeringan. Untuk membersihkan kolam dan mematikan berbagai bibit penyakit.
- Pengapuran. Dilakukan dengan kapur Dolomit atau Zeolit dosis 60 gr/m2 untuk mengembalikan keasaman tanah dan mematikan bibit penyakit yang tidak mati oleh pengeringan.
- Perlakuan TON (Tambak Organik Nusantara). untuk menetralkan berbagai racun dan gas berbahaya hasil pembusukan bahan organik sisa budidaya sebelumnya dengan dosis 5 botol TON/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100m2. Penambahan pupuk kandang juga dapat dilakukan untuk menambah kesuburan lahan.
- Pemasukan Air. Dilakukan secara bertahap, mula-mula setinggi 30 cm dan dibiarkan selama 3-4 hari untuk menumbuhkan plankton sebagai pakan alami lele.
Pada tipe kolam berupa bak, persiapan kolam yang dapat dilakukan adalah :
- Pembersihan bak dari kotoran/sisa pembenihan sebelumnya.
- Penjemuran bak agar kering dan bibit penyakit mati. Pemasukan air fapat langsung penuh dan segera diberi perlakuan TON dengan dosis sama
D. Pemijahan.
Pemijahan adalah proses pertemuan induk jantan dan betina untuk mengeluarkan sel telur dan sel sperma. Tanda induk jantan siap kawin yaitu alat kelamin berwarna merah. Induk betina tandanya sel telur berwarna kuning (jika belum matang berwarna hijau). Sel telur yang telah dibuahi menempel pada sarang dan dalam waktu 24 jam akan menetas menjadi anakan lele.
E. Pemindahan.
Cara pemindahan :
- kurangi air di sarang pemijahan sampai tinggi air 10-20 cm.
- siapkan tempat penampungan dengan baskom atau ember yang diisi dengan air di sarang.
- samakan suhu pada kedua kolam
- pindahkan benih dari sarang ke wadah penampungan dengan cawan atau piring.
- pindahkan benih dari penampungan ke kolam pendederan dengan hati-hati pada malam hari, karena masih rentan terhadap tingginya suhu air.
F. Pendederan.
Adalah pembesaran hingga berukuran siap jual, yaitu 5 – 7 cm, 7 – 9 cm dan 9 – 12 cm dengan harga berbeda. Kolam pendederan permukaannya diberi pelindung berupa enceng gondok atau penutup dari plastik untuk menghindari naiknya suhu air yang menyebabkan lele mudah stress. Pemberian pakan mulai dilakukan sejak anakan lele dipindahkan ke kolam pendederan ini.
V. Manajemen Pakan.
Pakan anakan lele berupa :
- pakan alami berupa plankton, jentik-jentik, kutu air dan cacing kecil (paling baik) dikonsumsi pada umur di bawah 3 – 4 hari.
- Pakan buatan untuk umur diatas 3 – 4 hari. Kandungan nutrisi harus tinggi, terutama kadar proteinnya.
- Untuk menambah nutrisi pakan, setiap pemberian pakan buatan dicampur dengan POC NASA dengan dosis 1 – 2 cc/kg pakan (dicampur air secukupnya), untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tubuh karena mengandung berbagai unsur mineral penting, protein dan vitamin dalam jumlah yang optimal.
VI. Manajemen Air.
Ukuran kualitas air dapat dinilai secara fisik :
- air harus bersih
- berwarna hijau cerah
- kecerahan/transparansi sedang (30 – 40 cm).
Ukuran kualitas air secara kimia :
- bebas senyawa beracun seperti amoniak
- mempunyai suhu optimal (22 – 26 0C).
Untuk menjaga kualitas air agar selalu dalam keadaan yang optimal, pemberian pupuk TON sangat diperlukan. TON yang mengandung unsur-unsur mineral penting, lemak, protein, karbohidrat dan asam humat mampu menumbuhkan dan menyuburkan pakan alami yang berupa plankton dan jenis cacing-cacingan, menetralkan senyawa beracun dan menciptakan ekosistem kolam yang seimbang. Perlakuan TON dilakukan pada saat oleh lahan dengan cara dilarutkan dan di siramkan pada permukaan tanah kolam serta pada waktu pemasukan air baru atau sekurang-kurangnya setiap 10 hari sekali. Dosis pemakaian TON adalah 25 g/100m2.
VI. Manajemen Kesehatan.
Pada dasarnya, anakan lele yang dipelihara tidak akan sakit jika mempunyai ketahanan tubuh yang tinggi. Anakan lele menjadi sakit lebih banyak disebabkan oleh kondisi lingkungan (air) yang jelek. Kondisi air yang jelek sangat mendorong tumbuhnya berbagai bibit penyakit baik yang berupa protozoa, jamur, bakteri dan lain-lain. Maka dalam menejemen kesehatan pembenihan lele, yang lebih penting dilakukan adalah penjagaan kondisi air dan pemberian nutrisi yang tinggi. Dalam kedua hal itulah, peranan TON dan POC NASA sangat besar. Namun apabila anakan lele terlanjur terserang penyakit, dianjurkan untuk melakukan pengobatan yang sesuai. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa, bakteri dan jamur dapat diobati dengan formalin, larutan PK (Kalium Permanganat) atau garam dapur. Penggunaan obat tersebut haruslah hati-hati dan dosis yang digunakan juga harus sesuai.

penemuan baru budidaya lele organik


TEMPO Interaktif, Banyuwangi – Teletong alias kotoran sapi rupanya tak hanya bermanfaat untuk pupuk organik. Di Banyuwangi, Jawa Timur, kotoran sapi saat ini juga populer untuk budidaya lele organik. Tak perlu beli pakan, hasil panen ternyata lebih gurih.
Abdul Kohar, 48, salah satu petani Banyuwangi yang ikut mengembangkan budidaya lele organik mengatakan bahwa konsep budidaya lele organik mengadopsi pola hidup lele di alam bebas, dimana media hidup dan pakannya berasal dari bahan organik.
Di belakang rumahnya, Jalan Temuguruh, Kecamatan Genteng, Banyuwangi, ia membikin 12 kolam berukuran masing-maisng 3,5 meter x 4 meter untuk membudidayakan lele organik sejak masih benih hingga siap konsumsi.
Menurutnya, berbeda dengan budidaya lele nonorganik, biasanya dilakukan tanpa perlakuan khusus dengan pakannya berasal dari pabrikan (pelet).
Hasilnya tentu saja berbeda. Ukuran lele organik ternyata lebih panjang, antara 25-30 centimeter dibandingkan lele biasa. Warna lele organik kemerah-merahan, terutama di bagin sirip dan insang. “Lele biasa warnanya sedikit lebih hitam,” terang Abdul Kohar, kepada Tempo, akhir pekan lalu.
Lele organik juga lebih menonjol dalam hal rasa. Tekstur daging lebih kesat, kenyal, dan gurih, hampir menyamai rasa lele yang hidup di alam bebas. “Dan tentunya, lebih sehat,” tegas petani lulusan Teknik Nuklir, Universitas Gajah Mada ini.
Membudidayakan lele organik memang membutuhkan keuletan tersendiri. Sebabnya, kata dia, setidaknya terdapat empat tahapan yang harus dilakukan. Tahap pertama, adalah penebaran benih lele pada kolam berisi air dan kotoran sapi yang telah dikomposing selama satu bulan. Kotoran sapi tersebut ditempatkan dalam tiga karung goni tertutup.
Kohar biasa menebar 21 ribu benih yang dibelinya dari daerah sekitar seharga Rp 25 per benih.
Bila benih berusia dua minggu, kemudian dilakukan seleksi untuk benih yang berukuran 4-5 milimeter. Benih tersebut dipisahkan di kolam berikutnya selama dua minggu hingga benih berdiameter 10 milimeter. Dua minggu berikutnya, lele diseleksi untuk yang berukuran 20 milimeter.
Sejak benih lele berdiameter 10 milimeter itu, kolam yang berisi air dicampur langsung dengan pupuk organik dari kotoran sapi hingga setinggi 20 centimeter. Dari cara ini, kotoran sapi akan menghasilkan banyak plankton yang menjadi makanan utama lele.
Lele organik, baru siap dipanen saat usianya delapan minggu. Kohar menceritakan, setiap kali panen ia bisa menghasilkan enam kuintal lele, dengan harga Rp 9 ribu perkilogramnya. Meski pasarnya masih seputar Banyuwangi, namun menurut dia, budidaya lele organik hemat biaya hingga 40 persen. Sebab ia tak perlu lagi membeli pakan pabrikan.
Keuntungan lainnya, air di dalam kolam lele tidak menghasilkan bau busuk seperti halnya lele non organik. Sehingga ia tak perlu repot mengganti air dalam kolam. “Menghemat biaya dan tenaga,” kata ayah enam anak ini.
Di tangan Kohar pula, sisa air dalam kolam lele ternyata masih bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk tanaman padinya seluas satu hektar.
Kohar sebenarnya sudah akrab dengan pupuk organik sejak tahun 2005 lalu. Ia juga tercatat sebagai salah satu petani yang konsisten memakai pupuk organik untuk tanaman padinya. Sebelum membudidayakan lele organik empat bulan lalu, kotoran ternak sapinya yang berjumlah enam ekor langsung dimanfaatkan untuk tanaman padi.
Ketua Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S Sirtanio) Samanhudi mengatakan, budidaya lele organik di Banyuwangi masih dikembangkan oleh enam petani. Pasarnya juga masih terbatas di Banyuwangi.
Menurut dia, hal itu disebabkan karena budidaya lele organik masih tergolong baru sehingga belum populer di masyarakat. Lele, kata dia, masih menjadi makanan favorit di masyarakat. Namun kebanyakan yang beredar, mengandung residu akibat pemakaian bahan kimia yang tinggi. “Berbeda, kalau organik sudah bebas zat kimia,” terangnya.
Sementara ditilik dari segi gizi, kata dia, lele organik tingkat kolestorelnya lebih rendah karena mengandung asam lemak tak jenuh.
Sumber : http://www.tempointeraktif.com/hg/wirausaha/2010/04/15/brk,20100415-240586,id.html

Memelihara Ikan Lele Phyton bagus untuk Bisnis


Ikan Lele merupakan  keluarga catfish, yang termasuk dalam jenis ini diantaranya yaitu lele lokal, lele dumbo, lele sangkuriang dan lele phyton. Lele banyak terdapat di perairan umum seperti sungai, rawa, waduk, dan genangan air lainnya. Bentuk tubuh lele adalah gilig (silindris) memanjang, berkepala gepeng meruncing, dan di dekat mulutnya ditumbuhi dengan 4 pasang kumis yang kaku memanjang. Kulit tubuh lele licin, tidak bersisik, dan berwarna kehitaman. Lele termasuk hewan nocturnal, atau lebih aktif mencari makan di malam hari. Ikan inimudah dibudidayakan di mana saja, dapat hidup di ketinggian lebih dari 1.000 m dpl dengan kondisi suhu 20-32° C, pH 6,5-8, dan kandungan oksigen 3 ppm.
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan airtawar yangsudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia. Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan : (1) dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, (2) teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, (3) pemasarannya relatif mudah dan (4) modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah.
Budidaya lele pada lahan kering (lelaki) merupakan kegiatan budidaya ikan  yang potensial untuk dkembangkan di Kabupaten Klungkung, karena  teknologi budidaya ini dapat dilakukan dengan  memanfaatkan  air terbatas dan menggunakan kolam sederhana yang terbuat dari terpal. Kelebihan dari pembuatan kolam dari terpal antara lain tidak membutuhkan biaya yang mahal dan bahan-bahan pembuatannya mudah diperoleh.
Dengan telah dikenalnya teknologi budidaya lele pada lahan kering (lelaki), masyarakat dapat memulai usaha budidaya ikan lele dengan modal yang tidak begitu besar, teknologi budidayanya sederhana dan waktu pemeliharaannya relatif singkat.
Kolam Terpal untuk Pemeliharaan Ikan Lele Phyton
Pemilihan benih.
Pilih benih yang berkualitas dengan ciri-ciri, diantaranya :
Seragam
Tidak cacat
Warna tubuh mengkilap
Gerakan gesit dan aktif
Posisi tubuh tidak menggantung/ berdiri dalam air
bibit lele Phyton
Penebaran benih.
Kepadatan benih yang ditebar berkisar antara 100-300 ekor benih lele/ m2, penentuan padat tebar dalam pembesaran hendaknya disesuaikan dengan target panen yang diinginkan. Benih yang biasa digunakan untuk kegiatan pembesaran adalah benih yang berukuran 5-7 cm.
Untuk menghindari kematian benih akibat stres terhadap lingkungan, penebaran benih ke dalam kolam pemeliharaan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari.
Sebelum benih dimasukkan ke dalam kolam, sebaiknya dilakukan aklimatisasi. Wadah  pengangkutan benih dimasukkan dalam kolam untuk beberapa saat, kemudian celupkan wadah dan biarkan benih lele keluar dengan sendirinya ke dalam kolam. Perlakuan ini merupakan proses penyesuaian suhu air dalam wadah angkut dengan suhu air kolam.
Bibit Unggul Lele Phyton
Pemeliharaan :
Pemberian pakan
Prinsip pemberian pakan lele adalah tepat jenis (pakan  harus sesuai dengan kebutuhan lele), tepat jumlah (pakan harus cukup tapi tidak berlebihan), tepat waktu (pemberian pakan harus sesuai waktu).
Pakan untuk lele yang dibudidayakan berupa pakan buatan (pelet), selain itu juga dapat diberikan pakan tambahan untuk menghemat pengguanaan pelet dan menekan biaya pakan. Jenis pakan buatan yang diberikan yaitu pakan starter, grower, dan finisher .
Benih yang baru ditebar hendaknya tidak diberi pakan selama 1 hari, agar benih mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang baru.
Pemberian pakan dapat dilakukan 2-3 kali sehari sampai 5-6 kali sehari. Jarak antara pemberian pakan minimal 2-3 jam. Pakan yang diberikan sebesar 3-5 % berat lele per hari.
Pakan tambahan dapat berupa keong mas atau bekicot, cacing tanah, ikan rucah, bangkai ayam, limbah rumah tangga, limbah pemotongan hewan, limbah pemindangan dll yang disesuaikan dengan bukaan mulut lele yang dipelihara.
Kualitas Air harus di Jaga
Pengelolaan kualitas air
Penambahan air dilakukan untuk mempertahankan volume atau mengganti air yang hilang akibat penguapan.  Air juga ditambahkan sesuai dengan tahap pertumbuhan lele. Tinggi air pada awal  pemeliharaan lele adalah 50 cm dan kemudian air dinaikkan bertahap hingga mencapai 80 cm.   Probiotik diberikan jika kualitas air menurun yang diakibatkan oleh sisa pakan dan hujan, dengan penambahan probiotik dalam kolam, maka kolam akan menjadi lebih sehat dan ikan juga lebih kuat terhadap stres karena intorduksi mikroba positif.
Pengendalian hama dan penyakit.
Jenis hama pada pembesaran lele sangkuriang diantaranya yaitu  ular, burung pemakan ikan, kodok. Untuk mengurangi kerugian akibat gangguan hama dapat dilakukan pencegahan masuknya hama ke dalam kolam dengan menggunakan penutup kolam berupa jaring dan menjaga kebersihan lingkungan disekitar kolam.
Penyakit akan timbul jika terjadi ketidakseimbangan antara kondisi ikan, lingkungan dan patogen (organisme pembawa penyakit). Organisme yang sering menyerang lele adalah dari jenis cacing, bakteri dan cendawan atau jamur.
Pencegahan terhadap penyakit dapat dilakukan dengan menjaga kualitas air. Diantaranya yang harus dilakukan jika terjadi serangan penyakit yaitu ikan yang sakit ataupun mati harus segera diambil dari kolam agar tidak menular pada ikan yang lain, pada daerah yang terserang, kurangi kepadatan ikan, penggantian air perlu dilakukan bila ada ikan yang terserang.
Panen Lele Phyton
Panen
Setelah lele sangkuriang yang dipelihara mencapai ukuran konsumsi (±7-8 ekor per kilogram), lele dapat dipanen. Pemanenan lele dilakukan secara hati-hati dan menggunakan peralatan yang berbahan halus dan licin sehingga tidak melukai lele atau membuat lecet kulit lele. Panen dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam, kemudian lele ditangkap dengan menggunakan jaring yang dibentangkan oleh dua orang, untuk mengarahkan lele ke satu sisi kolam atau dapat juga menggunakan seser atau serokan halus.
Setelah dipanen, lele disortir berdasarkan ukuran, lele yang berukuran masih kecil dapat dipelihara kembali sampai mencapai ukuran konsumsi. Setelah selesai dipakai, dasar kolam dicuci dengan air bersih (tidak menggunakan sabun).
Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan lele konsumsi hanya dilakukan dengan cara terbuka, baik untuk pengangkutan jarak dekat maupun pengangkutan jarak jauh.
Wadah yang umum digunakan adalah drum plastik, dengan kapasitas 400 liter, bisa untuk menampung lele konsumsi rata-rata 100 kg.
Air yang digunakan untuk mengisi drum adalah air baru dicampur dengan air pada kolam pembesaran, dengan perbandingan 1:1.

Ternyata tidak perlu modal banyak

Hanya butuh waktu dua bulan budidaya untuk memanen lele piton siap konsumsi. Sekali panen, keuntungan bersih yang masuk kantong bisa sampai
Rp 50 juta. Daging ikan berkumis ini juga dapat diolah menjadi kerupuk dan abon.

Lele piton tidak hanya gampang dipelihara. Modal membudidayakan ikan berkumis dengan badan bongsor terebut juga tak besar-besar amat, kok. "Tidak banyak dana yang diperlukan untuk memulai bisnis lele piton," ungkap Ludvi Dwipayono, pembudidaya lele piton di daerah Bekasi, Jawa Barat.

Empat tahun lalu, Ludvi memulai usaha budidaya ikan hasil persilangan lele dumbo dan lele thailand ini dengan modal sebesar Rp 1 juta. Uang itu untuk ongkos pembuatan kolam budidaya dan pembelian sekitar 500 bibit lele piton.

Harga bibit lele piton sangat terjangkau. Ashari Ramadhan, pembudidaya lele piton di Cirebon, Jawa Barat, mengatakan, harga bibit ikan bernama latin Clarias batrachus ukuran 3-5 cm Rp 125 per ekor. Sedang, untuk ukuran 7-8 cm harganya Rp 150 seekor dan ukuran 9-10 cm seharga Rp 175 per ekor. Dengan catatan, minimal pembelian sebanyak Rp 500.000.

Adapun harga induk lele piton, yang terdiri dari dua pejantan dan tiga ekor betina seberat masing-masing seberat 1 kg, sekitar Rp 800.000. Kelebihan membeli induk lele piton, mereka mampu menghasilkan telur dalam jumlah yang banyak.

Ashari bahkan menjamin telur yang dihasilkan bisa mencapai 100.000 sekali bertelur. Itu sebabnya, "Permintaan masyarakat selama ini masih didominasi oleh induk ketimbang bibit untuk dibesarkan hingga siap konsumsi," katanya.

Biasanya, Ashari mengungkapkan, bibit lele piton dipanen ketika panjangnya sudah mencapai 7 cm hingga 10 cm. Waktu budidaya dari telur hingga bibit tersebut antara dua sampai tiga minggu.
Adapun panen lele piton hingga siap konsumsi, menurut Ashari, butuh waktu budidaya selama dua bulan. Satu kolam milik Ashari bisa menampung sekitar 60.000 bibit lele piton.

Dari budidaya lele piton, Ashari bisa meraih omzet hingga Rp 80 juta setiap kali panen dalam tempo dua hingga tiga bulan. "Laba bersihnya bisa sampai Rp 50 juta tiap kali panen," ujarnya sumringah.
Untuk mendapatkan panen lele piton siap konsumsi yang maksimal, menurut Ludvi, saat menabur bibit, kebersihan air dan kolam harus terjaga dengan kadar keasaman air (pH) yang tinggi. "Habitat yang paling bagus untuk lele piton adalah kolam tanah," saran dia.

Untuk urusan pakan, lele piton cukup diberi pelet tiga kali sehari dengan waktu pemberian: pagi, sore, dan malam. Kalau ingin lele bertubuh makin bongsor, pelet bisa diberi campuran ampas tahu atau ikan yang telah ditumbuk halus. "Ini untuk menambah protein dalam tubuh ikan," kata Ludvi.

Dengan hanya menggunakan bahan-bahan alami, Ludvi bilang, lele piton memiliki nilai jual lebih tinggi dibandingkan yang diberi asupan bahan kimia. Rasanya juga berbeda, karena memiliki tekstur daging yang lebih empuk.

Selain ke pasar, Ludvi juga menjual lele piton hasil budidayanya ke warung-warung makan yang menyajikan menu pecel lele. Lele piton banyak dipilih, lantaran ukurannya yang lebih besar serta dagingnya yang lebih gurih.

Setiap harinya, Ludvi memasok 10 kg ke warung pecel lele. Tapi, ia berencana juga mengolah daging lele piton menjadi kerupuk dan abon.

(Selesai) sumber http://peluangusaha.kontan.co.id
Ikan lele piton mungkin belum begitu akrab di telinga Anda. Tapi ternyata, ketimbang lele dumbo atau sangkuriang, rasa daging ikan berkumis jenis ini lebih enak. Budidaya lele piton bertubuh bongsor ini juga lebih mudah dan menguntungkan.

Sesuai dengan namanya, lele piton berbadan besar seperti ular piton. Ikan berkumis ini memiliki kulit berwarna lebih gelap, licin, serta lebih gesit dibandingkan dengan jenis lele lainnya, seperti lele dumbo dan lele sangkuriang.

Bentuk tubuh lele piton juga berbeda dengan lele jenis lain. Ikan berpatil ini memiliki punggung yang lebih tinggi, sirip atas dan bawah yang besar, dan ekor yang panjang. Kepala lele ini juga mirip dengan kepala ular piton. "Dijuluki piton, juga karena sifat ikannya kanibal, jika telat sedikit saja diberi makan, apa pun akan dimangsa," ungkap Ludvi Dwipayono, pembudidaya lele piton di Bekasi.

Ludvi tertarik membudidayakan lele piton lantaran pemeliharaannya relatif lebih mudah. Selain itu, rasa daging ikan bernama latin Clarias batrachus ini juga lebih enak dan gurih ketimbang lele jenis lainnya. Itu sebabnya, harga jualnya tinggi.

Sudah empat tahun Ludvi membudidayakan lele piton. Sejauh ini, ia belum menemui banyak kendala berarti. "Yang paling penting dalam budidaya lele piton adalah diberi makan tiga kali sehari," katanya.

Budidaya lele piton juga lebih menguntungkan karena tingkat kegagalannya kecil. Hanya, Ludvi mengatakan, perlu ketelitian dalam mencari bibit, penetasan hingga pembesaran. Apalagi, lele piton lebih peka terhadap kondisi alam termasuk goncangan dalam air. Karena itu, Ludvi menganjurkan agar kolam budidaya berada jauh dari laut dan memiliki kedalaman maksimal 1 meter.

Lantaran lele piton mudah pusing jika berada di tempat yang panas, selain makanan, yang juga harus menjadi perhatian adalah temperatur udara sekitar kolam budidaya. Suhu udara tidak boleh terlalu panas atau terlalu dingin, mesti di kisaran 28 derajat Celcius.

Kadar zat besi dalam air kolam budidaya juga harus dijaga jangan terlalu tinggi. "Tidak perlu diberi vaksin, antibiotik, dan vitamin. Cukup daun pepaya saja," ujar Ludvi. Daun pepaya, menurutnya, sangat bagus sebagai pengganti antiobiotik dan menjadikan daya tahan ikan lele piton semakin besar.

Selama ini, Ludvi hanya menggunakan bahan-bahan alami untuk budidaya ikan lele piton. Dengan hanya memberikan bahan makanan alami, lele piton hasil budidayanya memiliki nilai jual lebih tinggi dibandingkan yang diberi asupan bahan kimia. Secara fisik, lele piton yang mendapat perlakuan dan makanan alami lebih bongsor. Dari rasa juga berbeda karena memiliki tekstur daging yang lebih empuk.

Ashari, pembudidaya lele piton di Cirebon, Jawa Barat menambahkan, ancaman terbesar lele piton adalah serangan penyakit. Penyakit akan mudah menyebar jika air dalam kolam mengandung bakteri. "Untuk itu, kebersihan kolam harus terus terjaga," pintanya.

Sebelum kolam diisi air, Ashari menyarankan, harus dipastikan terlebih dahulu, terpal sebagai alas kolam dalam keadaan bersih. Untuk menjaga kebersihan, kolam budidaya harus ditaburi kaporit. "Tunggu sehari, setelah itu buang air yang mengandung kaporit dan masukkan air baru dan segenggam garam," katanya. Setengah jam kemudian, ia melanjutkan, baru bibit lele phyton bisa dilepas.

Ansari mengungkapkan, di musim hujan, nafsu makan lele piton akan turun. Nah, ini bisa membuat ikan mati. Itu sebabnya, Ashari harus mencampur pelet dengan madu, susu, atau gula untuk meningkatkan protein. Atau, "Bisa juga dengan memberi obat probiotik booster," kata dia.

(Bersambung) sumber dari http://peluangusaha.kontan.co.id