Minggu, 04 Desember 2011

Abon Ikan Lele Bisa Diekspor ke Swiss

Senin, 5 Desember 2011

SOLO (Suara Karya): Peluang ekspor abon ikan lele ke Swiss terbuka lebar. Apalagi produk makanan olahan dari ikan lele ini sudah dikenalkan dalam pameran Swiss Import Promotion Program Organisation pada Oktober 2011 lalu. Hal ini dikatakan Duta Besar Indonesia untuk Swiss Djoko Susilo kepada wartawan di Solo, Sabtu (3/12).
"Dalam pameran tersebut, kami mengajak pengusaha abon ikan lele dari Kabupaten Boyolali. Ternyata produk tersebut sangat diminati dan mendapatkan perhatian dari masyarakat di sana," ujarnya.
Produk abon ikan lele bisa dijadikan alternatif makanan yang terbuat dari bahan dasar ikan segar dan bisa diekspor. Apalagi, selama ini ekspor ikan segar dari Indonesia ke Swiss masih rendah karena negara tersebut memberlakukan syarat yang sangat ketat untuk barang impor.
"Standar yang diberlakukan berat dan sangat ketat, sehingga masih sulit dipenuhi oleh peternak ikan untuk menjual produknya ke Swiss. Untuk itu, ekspor abon ikan lele bisa menjadi salah satu solusi. Apalagi produk ini memiliki daya tahan yang lebih lama dibanding ikan segar," ucapnya.
Lebih lanju, Djoko mengatakan, tingkat konsumsi ikan masyarakat di Swiss terbilang cukup tinggi. Dalam satu tahun mencapai 53.000 ton. Sedangkan produksi ikan segar dari negara tersebut hanya 3.000 ton per tahun, sehingga membutuhkan ikan segar dari luar negeri hingga 50.000 ton pertahun. Sementara Indonesia hanya menempati posisi ke-23 negara pengekspor ikan segar ke negara ini. Atau, jauh jika dibandingkan dengan Vietnam yang saat ini menduduki peringkat kedua untuk ekspor ke Swiss.
Djoko juga menyayangkan, saat ini hanya ada satu pemasok yang mengekspor ikan segar ke negara tersebut. Untuk meningkatkan nilai ekspor dari Indonesia ke Swiss, pihaknya berjanji akan membantu para pengusaha. Sebab, saat ini Indonesia mengalami defisit yang cukup besar dalam melakukan perdagangan dengan Swiss. "Yang perlu diingat, produk makanan olahan yang diekpor ke Swiss tidak boleh mengandung penyedap makanan," katanya.
Nilai ekspor Indonesia ke Swiss saat ini baru mencapai 160 juta dolar AS setiap tahun, sedangkan impor dari Swiss mencapai 370 juta dolar AS per tahun, sehingga perdagangan dari Indonesia ke Swiss masih defisit. Rata-rata defisit pedagangan Indonesia ke Swiss mencapai 200 juta dolar AS setiap tahun. (Endang Kusumastuti)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar